Dalam komplek ini, makam Raden Wijaya dan istrinya, Dara Petak dan Dara Jingga, serta 2 dayangnya berada di dalam 1 lokasi. Makam ini ditembok dengan pagar, dengan 1 buah pohon besar di sisinya, yang juga dipercayai keramat penduduk sekitar.Di luar tembok, masih ada beberapa makam lainnya, serta 1 buah sumur, dan tempat semedi bagi peziarah. Pastinya aroma wangi dupa tidak pernah hilang dari tiap sudut makam. Tidak heran memang, makam ini biasa dikunjungi politisi, alasannya konon pula agar berkah Raden Wijaya yang mampu menyatukan Nusantara bisa diperoleh mereka. Bahkan konon, Soeharto kerap menyepi di makam ini sejak pangkatnya masih Letnan Kolonel. Bagi Anda yang berminat datang ke sini, lokasinya pun tidak terlalu jauh. Dari Bandara Juanda, perjalanan ditempuh dengan hanya 2 jam perjalanan ke arah Mojokerto. Tiba di Mojokerto, akan ada petunjuk jalan yang mengarahkan Anda ke lokasi. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan detikcom, komplek makam ini tidak masuk ke dalam lokasi cagar budaya. Seorang perangkat desa yang enggan disebutkan namanya menyebutkan, biaya perawatan hanya mengandalkan dari sumbangan dari peziarah.
Makam/petilasan pendiri kerajaan Majapahit Raden Wijaya yang bergelar Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana.Tepatnya sejuk dan bersih, halaman parkir luas, tapi tidak bus besar tidak bisa masuk
Nama: sitinggil raden wijayafasilitas: free parkir yang luas, rest area, toilet dll.ulasan: sampai saat ini masih ada pertanyaan di benak saya: apakah benar ini merupakan makam raden wijaya ataukah petilasan beliau. mengingat beliau bukanlah muslim, jadi kecil kemungkinannya kalau beliau wafat lalu di makamkan. bahkan ada sumber yang menyebut bahwa mungkin disini petilasan. sebab beberapa sejarahwan menyebut setelah wafat, abu raden wijaya di taruh di candi (lupa saya namanya). meskipun begitu, tempat ini juga lumayan ramai pengunjung dari berbagai kalangan dan tujuan. dari rakyat biasa sampai para pejabat tinggi, menurut kabar mulai presiden sukarno sampai sby pun pernah kesini. dan mulai dari tujuan sekedar berwisata ataupun melakukan ritualritual tertentu. soal suasana, disini cukup nyaman ya, teduh, meskipun ada nuansa mistik di area ini (namanya juga wisata religi ya, heuheu), hampir selalu tercium aroma dupa, kemenyan dan wewangian lain. untuk yang ngga suka aroma bernuansa mistik seperti ini hendaknya jangan kesini. heuheuheu.kritik saran: kepada pengunjung hendaknya ikut menjaga kebersihan, ikutilah tata aturan yang berlaku.
Menurut sejarah yg saya baca,,raden wijaya diperabukan di candi simping,, dan Raden wijaya sama Brawijaya 1 sudah beda generasi,,,
Sebagai tempat cagar budaya warisan leluhur pada masa era Majapahit
Makam Raden Wijaya ? Barangkali penamaan ini kurang tepat. Mengapa ? Raja-raja kerajaan Majapahit adalah beragama Hindhu. Bila meninggal maka akan di perabukan atau dibakar seperti layaknya Ngaben pada saat ini. Kepercayaan masyarakat tidak dapat dipersalahkan. Bisa saja Raden Wijaya pernah singgah ke tempat ini sehingga untuk mengenang jasa raja Kerajaan pertama Majapahit ini dalam bentuk petilasan.
Bersih, nyaman. Dan cocok buat tirakat.
Tempat ini merupakan petilasan Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jawawardhana atau Brawijaya I yang menjadi tonggak awal lahirnya Majapahit di tahun 1293 M. Semasa kecilnya, Raden Wijaya dipanggil dengan nama Djoko Suruh. Petilasan yang sebelumnya lebih terkenal dengan istilah Lemah Geneng itu berada di dusun Kedungwulan, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto,,
Samgat baik
Tempatnya nyaman baik untuk pengunjung yang hanya ingin sekedar ngopi atau untuk peziarah
Terletàk ditengah sawah. Konon banyak para Pejabat negara yg siarah ketempat ini. Dikomplek ini juga terdapat makam sapujagat, makam ki Ageng selo (yg konon bisa menangkap petir). Bayar seiklasnya.
Tempatnya nyaman,orang sekitar ramah sekali juri kunci baik dan ramah sekali..
Salah satu bukti peninggalan kerajaan majapahit yg harus dijaga dan dirawat dgn baik.Sebagai saran:• penjaga/ juru kunci agar lebih ramah lagi dalam melayani/ menemani peziarah.• Jam berkunjung sebisa mungkin dibuat 24jm karena tidak semua peziarah dr daerah sekitar dan juga agar peziarah dari luar kota/ pulau tidak kecewa jika ingin berziarah.
Sayang pihak pemerintah tdk turun tangan unt pemeliharaannya, hanya warga sekitar yg menggalang dana unt pelestariannya
Meskipun secara historis sangat diragukan kebenarannya patut dipertanyakan, sebab Raden Wijaya adalah pemeluk aliran agama hindu budha maka biasanya ketika meninggal tidak dimakamkan tetapi dibakar dan abunya ditanam di candi sebagian dilarungkan ke laut. Besar kemungkinan ini bukan makam Raden Wijaya.
Petilasan Raden wijaya
Petilasan siti inggil tempat dimana saya selalu datang tiap 2 bulan untuk mendapat petuah dari trah leluhur saya eyang wijaya.
Alhamdullilah diberi kesempatan untuk merawat makam Raden Wijaya,polish lantai marmer dan makam serta tempat pesujudan atau semedi(bahasa jawa)eyang buyut Wijaya.10-18 juli 2017
Ini hanya petilasan dan petunjuk jika ingin jaya maka harus melalui sapu jagad, sapu regol, sapu angin ,maka akan bisa ke siti inggil
Salah satu jejak peninggalan sang pendiri majapahit..
Tempat bersejarah terkait kerajaan Majapahit. Tempat parkir pengunjung luas. Tersedia kamar kecil. Halaman rindang dan sejuk.
Terawat cukup baik
Senang
Salah tempat rumah sya di jalan Siti inggil
Tempat bersejarah. Makam raden wijaya
Mantab
Mantap
Pengelola kurang ramah & sopan
Sejarah & Sakral
Suasana sangat tenang dan damai
Ziarah dlu
Religi
Sakral
Sepi
MUTERI Kawasan Gunung Arjuna, Ibu Peradaban Dunia
Penerus tra singgosari
RADES KHUSUS TIDAK DIGUNAKAN / TERMASUK DALAM HAK CIPTA, DAERAH BLITAR.Perhatikan bahwa buku Negara Islam XLVII / 3 menyatakan: Tahun dari matahari berputar tiga bulan (1231) raja (Wijaya) meninggal, ditanam di kuil Antahpura, jadi namanya dan di makam patung Simping Siwa.
Makam Nenek ... suatu saat nanti akan terpenuhi..The ..... Indonesia yang adil dan makmur..gemah Ripah loh Jinawi .. amiiiiiin.🤗🤗🤗
Raja pertama mojopahit
Tempat suci penuh makna
Cinta tempat ini, kuburan, sumur tua dan orang-orang
Salam Yange
Atas
Hai