Salah satu situs budaya berupa candiyang mungkin belum banyak dikenal orang, namanya memang unik menurut saya (Candi Asu)Sangat mudah untuk mencapai tempat ini berada di utara pasar talun dukun magelang.Fasilitas umum memang belum banyak tersedia di lokasi ini. Saat saya ke sini, pintu masuk dikunci sehingga tidak bisa masuk ke halaman candi.
Situs cagar budaya... Masih terpelihara...
Candi ini merupakan candi peninggalan jaman kerajaan Mataram Kuno dari trah Wangsa Sanjaya (Mataram Hindu). Candi ini berada di lereng Gunung Merapi sebelah barat di tepian Sungai Tlingsing Pabelan.Nama candi Asu Sengi merupakan dari nama ASU sebenarnya baru diberikan oleh masyarakat sekitar sewaktu candi ini pertama kali ditemukan. Nama yang asli sebenarnya belum diketahui secara pasti. Nama Candi Asu diberikan karena sewaktu pertama kali ditemukan ada sebuah patung Lembu Nandhi yang wujudnya telah rusak dan lebih mirip menyerupai Asu [Anjing-dalam bahasa Jawa], dan Sengi merupakan nama Desa dimana candi tersebut berada, maka warga menyebutnya dengan Candi Asu Sengi.Badan candi terdapat relief hiasan flora di empat sisi dinding candi dan terdapat relief Kinara-Kinari (burung) sebagai hiasan plisir yang mengitari dinding candi. Relief Kinara-Kinari ini sebenarnya banyak terukir di candi-candi lain peninggalan Mataram Kuno di Jawa Tengah, seperti di Candi Plaosan, Ratu Boko, dan Candi Ijo.Candi Asu Sengi merupakan candi sepotong yang hilang bagian atapnya berdiri menghadap ke arah barat, berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 7,94 meter kali 7,94 meter. Tinggi kaki candi setinggi 2,5 meter, tinggi tubuh candi setinggi 3,35 meter, tinggi sesungguhnya candi tidak diketahui secara pasti karena bagian atap candi telah hilang. Meski atap candi saat ini sudah tidak ada patut diduga bahwa atap candi berbentuk kubah, hal ini dapat dilihat dari potongan batu yang jika dibentuk akan menyerupai kubah. Di bagian dalam candi terdapat patung sapi atau nandhi, juga terdapat sumur berbentuk kotak yang kedalamannya mencapai 3 meter dengan lebar berukuran 1,3 meter kali 1,3 meter. Fungsi sumur belum diketahui secara pasti, meski didinding sumur masih terlihat jelas bekas ketinggian debit air.Dari beberapa prasasti yang ditemukan di sekitar candi tersebut, dapat diindentifikasi diantaranya Prasasti Sri Manggala I (angka tahun 874 M) dan Sri Manggala II (angka tahun 876 M) serta Prasasti Kurambitan, dari catatan pada prasasti tersebut dapat diperkirakan bahwa candi ini dibangun pada sekitar tahun 869 Masehi (semasa Rakai Kayuwangi dari Wangsa Sanjaya berkuasa). Dalam prasasti-prasasti tersebut juga disebutkan bahwa Candi Asu Sengi merupakan tempat suci untuk melakukan pemujaan, baik pemujaan kepada arwah leluhur maupun para arwah raja-raja serta dewa-dewa.
Cagar budaya peninggalan sejarah masa lalu yang masih terawatCandi asu ini dapat ditemukan dengan cukup mudah karena dekat jalan raya,jalan tidak terlalu ramai karena bukan jalan utama tapi akses jalan mudahAda disamping Sekolah DasarBangunan masih terawatKalau datang kesini sekalian berkunjung ke candi pendemTapi hati hati jika ikut google maps ke candi pendem agak susah karena akan melewati sawah sawahSaran saya sih tanya warga sekitar kampung biar tidak nyasar
Candi Asu adalah nama sebuah candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa Candi Pos, Kelurahan Sengi, kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Nama candi tersebut merupakan nama baru yang diberikan oleh masyarakat sekitarnya. Disebut Candi Asu karena dahulu di dekat candi tersebut terdapat banyak anjing.Candi ini terletak di lereng Gunung Merapi di dekat pertemuan Sungai Pabelan dan Sungai Telingsing, kira-kira 10 km di sebelah timur laut dari Candi Ngawen. Di dekatnya juga terdapat 2 buah candi Hindu lainnya, yaitu Candi Pendem dan Candi Lumbung.Candi Asu menghadap ke barat. Candi ini berdenah bujur sangkar dengan panjang sisi 7,94 meter. Tinggi kaki candi 2,5 meter, tinggi tubuh candi 3,35 meter. Tinggi bagian atap candi tidak diketahui karena telah runtuh dan sebagian besar batu hilang. Dengan ukuran tersebut, candi ini termasuk candi kecil.Di dekat Candi Asu telah diketemukan dua buah prasasti batu berbentuk tugu (lingga), yaitu prasasti Sri Manggala I (874 M) dan Sri Manggala II (874 M).
Candi Asu adalah nama sebuah candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa Candi Pos, Kelurahan Sengi, kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Nama candi tersebut merupakan nama baru yang diberikan oleh masyarakat sekitarnya. Disebut Candi Asu karena dahulu di dekat candi tersebut terdapat banyak anjing. tau kan Anjing..Mantan loe tu Anjing.. 😁😀😂
Candi Asu ini merupakan candi peninggalan mataram kuno dari wangsa Sanjaya. Lokasinya dekat jalan raya, dekat sungai Tlingsing Pabelan. Candi Asu Sengi berdiri menghadap ke arah barat, berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 7,94 meter kali 7,94 meter. Tinggi kaki candi setinggi 2,5 meter, tinggi tubuh candi setinggi 3,35 meter. Kalau naik ke atas candi pemandangannya hamparan sawah bagus sekali.
Candi Asu meruapakan candi yg unik karena banyak makna kiasan dlm pendiriannya. Sayang kurang perhatian dari pemerintah tidak ada fasilitas kamar kecil maupun fasilitas pendukung lainnya bagi peneliti candi ini merupakan tantangan karena masih banyak nilai2 yg blm terungkap secara jelas selain cerita tutur asal muasal candi didirikan
Tempat bersejarah asri nyaman akses mudah dijangkau menggunakan roda2 maupun roda4
Candi ini berada di pinggir jalan raya dan kanan-kirinya adalah sawah dan ladang. Di sekitar candi ini, terdapat pula candi Lumbung dan candi Pendem. Saat saya ke candi Asu memang candi ini sedang ditutup, namun harusnya bisa dibuka bila kita meminta ijin juru pemelihara yang biasanya adalah warga sekitar. Save our heritage...
Sepertinya ga ada yg ngelola buat wisata Tapi mgkn cuma dirawat karena terlihat bersih. Tidak usah sulit2 mencari tinggal lewat jalanudah terlihat jelas.
Candi Asu adalah nama sebuah candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa Candi Pos, Kelurahan Sengi, kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Nama candi tersebut merupakan nama baru yang diberikan oleh masyarakat sekitarnya. Di dekat Candi Asu telah diketemukan dua buah prasasti batu berbentuk tugu (lingga), yaitu prasasti Sri Manggala I (874 M) dan Sri Manggala II (874 M).
Mungkin karena pandemik, gerbangnya masih tertutup. Tidak ada tempat parkir. Lokasinya tepat di pinggir jalan.
Kurang sentuhan pihak pemerintah
Destinasi wisata yang dekat dengan rumahJadi tujuan gowes yang favoritBuat poto2 juga asyik
Sebuah situs bersejarah
Sedikit kurang terawat...mgkn Krn pandemi covid 19 kali ya.
Bagus, cuma sayang terkunci jadi tidak bisa masuk.
Tempat untuk kita belajar sejarah peradaban masa lampau...
Mungkin menarik yg studi purbakala. tapi bukan untuk yng hanya berwisata
Candi tunggal tepat di pinggir jalan
Tempat situs purbakala , masih sepi agak kurang infirmasi
Candi kecil berada di sebelah jalan desa..masih asri..masih seger..belom ada fasilitas pendukung..cuman bangunan candi di kelilingi pagar pembatas..benar2 masih alami..Lingkungan Candi terawat..bersih..kmaren pas mampir ada mas mas yg sedang merawat lingkup candi..jangan lupa jika berkunjung sisihkan uang sedikit untuk dana kebersihan..Salam Asri...
Info ArkeologiCandi Asu terletak di tengah-tengah lahan pertanian masyarakat dan dikelilingi oleh pagar alam yg berupa tanaman yang tertata rapi. Candi Asu berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 7,94 meter. Bangunan Candi Asu saat ini tersusun bagian kaki dan tubuhnya, sedangkan atap candi sudah tidak terlihat lagi karena telah runtuh.Pada bagian kakinya yang memiliki ukuran 2,5 meter terdapat tangga naik ke badan candi. di tanggan itu terdapat Makara yang belum selesai dipahat serta pada pipi tangga pun tidak ada relief yang dipahatkan. Sementara itu, di beberapa dinding kaki candi terdapat ukiran ornamen sulur-suluran yang dibingkai atau biasa disebut dengan hiasan kertas tempel. Pada bagian tubuh Candi Asu tidak banyak yang tersisa karena sebagian badan polar untuk hingga bagian atap. Namun, masih dapat diperhatikan antefiks yang ada di sekeliling tepi tubuhnya yang tidak terukir hiasan serta enam buah panil yang belum terpahat. Bagian tubuh yang berdiri diatas kakinya lebih kecil bentuknya sehingga terdapat selasar dengan lebar 69 cm. Tubuh Candi Asu bagian bawah terdapat batur yang berbentuk bujur sangkar, pelipit, dan panil. Pada tubuhnya juga terlihat bentuk bekas relung sudah tidak utuh lagi kecuali di sisi utara dengan ukuran 140 cm tingginya dan lebarnya 52 cm. Sementara itu, pada bagian dalam candi terdapat sumuran dengan ukuran panjang 1,31 meter, lebar 1,31 meter, dan kedalaman 4 meter. Bandingkan dengan tubuh Candi Asu yang memiliki ketinggian 3,35 meter.Di Candi Asu ini ditemukan Arca Nandi yang sudah aus bentuknya sehingga dapat dikatakan bernafaskan agama Hindu. Candi Asu biasanya dikenal juga dengan nama Candi Asu Sengi oleh masyarakat sekitar. penamaan Candi Asu diberikan oleh masyarakat sekitar karena Arca Nandi yang aus tersebut terlihat seperti anjing dalam bahasa Jawa asu. Namun, ada yang berpendapat nama Asu juga berasal bahasa Jawa dari kata ngaso yang berarti istirahat.
Pertama kali kesini and i was amazed karena ditutup pagarnya dan alhasil ga bisa masuk and also i dunno what to do so yeah
Saya Cinta Candi Asu
Di dekat Candi Asu, ada candi kecil lainnya yang bisa didatangi, yaitu Candi Pendem dan Candi Lumbung. Ketiganya, merupakan trilogi candi yang ada di lereng Merapi sisi Barat. Di Kecamatan Dukun juga ada lokasi pemantauan Gunung Merapi Babadan. Lebih ke atas lagi, sekitar 6 kilometer dari Candi, masuk Kecamatan Sawangan terdapat Ketep Pass, tempat melihat keindahan Gunung Merapi dan Merbabu.
Candi yang tidak terlalu terawat ini sebenarnya sungguh cantik..
Namanya yang bikin nuansanya beda.
LokasiCandi ini terletak di lerengGunung Merapidi dekat pertemuanSungai PabelandanSungai Telingsing, kira-kira 10 km di sebelah timur laut dariCandi Ngawen. Di dekatnya juga terdapat 2 buah candi Hindu lainnya, yaituCandi PendemdanCandi Lumbung.ArsitekturCandi Asu menghadap ke barat. Candi ini berdenah bujur sangkar dengan panjang sisi7,94meter. Tinggi kaki candi 2,5 meter, tinggi tubuh candi 3,35 meter. Tinggi bagianatap candi tidak diketahui karena telah runtuh dan sebagian besar batu hilang. Dengan ukuran tersebut, candi ini termasuk candi kecil.Di dekat Candi Asu telah diketemukan dua buahprasastibatu berbentuk tugu (lingga), yaitu prasasti Sri Manggala I (874M) dan Sri Manggala II (874 M).
Situs peninggalan sejarah jaman Hindu-Buddha. Sampai saat ini masih di pakai untuk tempat pemujaan/sembahyang bagi umat hindu disekitarnya. Kondisi saat ini masih terawat dengan baik dan kebersihannya pun terus dipelihara. Di sekitar candi terdapat kebun sayuran warga desa. Akses ke lokasi pun sekarang sudah diperbaiki dan jalan aspal halus. Pemandangan sekitarnya indah dan membuat saya pun tak ingin beranjak dari sana
Sejak zaman Belanda, bangunan candi ini telah menarik perhatian para peneliti untuk mengkaji arsitekturnya. Seperti Van Erp dan Brandes yang menggolongkan arsitektur Candi Asu termasuk periode gaya Jawa Tengah. Ketika candi ini ditemukan, candi Asu telah runtuh akibat bencana gunung Merapi. Candi Asu menghadap ke barat, berbentuk bujur sangkar dan berukuran 7,49 m x 7,49 m, tinggi 2,50 m dan terbuat dari batu andesit. Salah satu tinggi badan candi yang masih utuh adalah 3,55 m. Bagian atap candi sudah lama runtuh, sedangkan batu penyusunnya sudah banyak yang hilang sehingga tidak dapat direkonstruksi kembali. Bagian kaki candi yang masih utuh didirikan di atas sebuah batur yang terletak di atas selapis batu yang alasnya berbentuk bujur sangkar. Pintu masuk yang berada di sebelah barat disangga oleh batur sehingga sisi depannya menonjol. Tangga masuk ke candi terdiri atas sembilan anak tangga dengan ukuran lebar 87 m dan di apit oleh pipi tangga setebal 35 cm. Di pipi tangga tidak terdapat hiasan dan sebagian besar batu penyusun pipi tangga telah hilang.Tubuh candi yang berdiri di atas kaki candi berukuran lebih kecil dari pada kaki candi, sehingga terdapat selasar dengan lebar 69 cm. Secara umum bagian tubuh candi dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu bawah, tengah, dan atas. Tubuh candi bagian bawah terdapat batur yang berbentuk bujur sangkar, pelipit, dan panel. Di setiap sisinya terdapat enam panel yang dipisahkan oleh penyekat yang berjumlah empat buah, tetapi sekarang tinggal dua buah karena sebagian tubuh candi telah runtuh. Di bagian tenggara tubuh candi terdapat bagian yang menonjol, bila kita perhatikan seksama tampak bahwa bagian tersebut belum selesai dikerjakan. Bagian tengah tubuh candi terdapat bingkai setengah lingkaran, yang bagian tepinya dibatasi oleh bidang pilaster yang mengapit relung. Jumlah bidang pilaster ini ada empat buah, yaitu dua buah di sudut dan dua buah mengapit relung. Jumlah relung di bagian tengah tubuh candi ada lima buah, yaitu dua di sisi depan, satu di utara, timur, dan selatan. Relung di utara diapit oleh kala makara yang pahatannya belum selesai, sedangkan relung timur dan selatan hanya terlihat pahatan makara saja. Dari kelima relung yang ada, hanya relung utara yang masih utuh, sedangkan lainnya telah runtuh. Ukuran relung utara yang masih utuh adalah 140 cm untuk tingginya, lebar 52 cm, dan dalamnya 53 cm. Mulai dari tubuh candi bagian atas hingga atap candi tidak diketahui secara pasti bagaimanakah bentuknya, karena telah runtuh dan sebagian besar batu penyusunnya telah hilang. Candi ini memiliki bilik yang ukuran panjangnya 3 m, lebar 2,95 m, dan tinggi yang tersisa 2,33 m. Dari hasil penelitian telah ditemukan sumuran candi di tengah - tengah bilik, berukuran panjang 1,31 m, lebar 1,31 m, dan dalam 4 m. Bagian yang menarik dari Candi Asu adalah banyaknya hiasan candi yang belum sempurna pengerjaannya, sehingga kemungkinan Candi Asu ini belum sampai selesai dalam pembangunannya sudah runtuh terlebih dahulu karena bencana Gunung Merapi, dan kemudian ditinggalkan oleh para pemakainya.(Renville Siagian, Candi Sebagai Warisan Seni Budaya Indonesia, Yayasan Cempaka Kencana, Yogyakarta, 2002, hal. 49-50)
Sayang digembok, jadi gak bisa masuk dan memang gak ada yang jaga
Menurut cerita orang - orang sepuh, konon namanya Candi Aso (Aso = Rehat, Ngaso = Istirahat). Situs yang digunakan oleh pemuka agama hindu yang dulunya digunakan untuk beristirahat para pemuka agama dan pembesar kerajaan hindu semasa itu. Entah apa yang membuat saat ini lebih dikenal dengan Candi Asu (Asu = Anjing) yang konotasinya dalam bahasa termasuk ungkapan yang lebih mengacu kepada umpatan atau kata - kata kotor bagi mayoritas orang Jawa.Kebetulan rumah saya tidak jauh dari tempat itu dan isteriku orang situ.
Bagi anda penyuka sejarah peradaban masa lalu nusantara, tentu tempat ini akan mengasyikan...just about stone
Bagi pecinta treveling... Kl jln ke gardu pandang gunung Merapi.. Jgn lupa mampir di candi Asu... Yg letaknya di daerah sawangan magelang
Candinya kecil, tp ada di pinggir jalan. Jadi mudah diakses kendaraan pribadi. Untuk tempat parkir seadanya
Berada di hampir dipuncak gunung jadi dingin udaranya bisa buat main petak umpet
Wisata Alam...
Sering ke sini klo ke Magelang menghindari macet kota Klaten dan Jogja
Peninggalan jaman hindu atau budha. Lokasi mudah dijangkau.Berada di jalur Muntilan - Talun. Di pinggir jalan raya. Tidak tahu kenapa diberi nsma Candi Asu. Mungkin tempat peristirahat atau makam raja pada abad tersebut.
Tempat d tepi jalan. Cocok buat yg suka sejarah
Candi Asu terletak tak jauh dari jalan . Sekitar 10 m dari jalan raya . Hanya berpagar kawat berduri . Halaman disekitar tidak lebar . Sekitar 2 m langsung berbatasan dengan ladang penduduk . Alangkah baiknya kalo lahan sekitar dibebaskan dan digunakan sebagai pelataran candi . Tentu candi akan terekpos keelokannya dan semakin banyak pengunjung yang akan datang .Apabila berkunjung ke Candi Asu sempatkan juga berkunjung ke candi Pendhem dan candi Lumbung yang letaknya tidak jauh dari Candi Asu ini . Tak jauh dari candi juga ada pasar sayur , nanti pengunjung bisa beli sayur yang masih segar dengan harga relatif lebih murah .SELAMAT JELAJAH
Bisa melihat secara langsung keberadaan situs purbakala candi ASU yang sampai sekarang masih berdiri kokoh
Pernah melewati walau tak sengaja.. karena saat itu kita kesasar..
Tempat bagus, lokasi mudah dijangkau dan gratia. Namun perlu diperhatikan oleh pengunjung tentang keamanan kendaraan yang terparkir karena tidak ada petugas parkir dan hanya dipinggir jalan raya. Dan tidak ada fasilitas penunjang seperti kamar mandi dsb.
Candi yang terletak menyendiri ini sangat cocok untuk berfoto ria...sebetulnya ada cabdi 1 lagi yang terletak tidak jauh dari tempat ini...tapi apa ya namanya,saya lupa..he..he
Merupakan satu dari tiga candi yang letaknya berdekatan, dua candi lainya adalah candi lumbung dan candi pendem.. Ketiga candi ini sendiri adalah peninggalan dari agama hindu, candi asu mendapatkan namanya dari sebuah arca nandi yang sudah rusak sehingga berbentuk mirip anjing dari situ candi ini dinamakan candi asu. Dalam bahasa indonesia asu yang berarti anjing.
Tempat KKN ku th 2000..tempat yg elok pemandangannya..sejuk dan masyatakatnya ramah nyedulur...
Mudah dijangkau karena berada di tepi jalan, tersedia tmpt parkir
Mantap tempat rekreasi tanpa tiket masuk bisa selvian tiga lokasi candi asu,pendem ,lumbung ditengah persawahan yang indah dan diantara gunung merapi merbabu keren habis
Candi yg berada di pertengahan sawah, Dan tidak terkira jika Ada Candi ini, sebab jaraknya lumayan jauh Dr jalan utama. Masuk kesini tanpa pungutan biaya.
Candi asu atau Ngawen ... bangunan kuno terletak d tengah persawahan sekaligus pemukiman
Saya suka candi asu karena candi asu adalah bangunan yang mempunyai sejarah yang menarik
Terletak di pinggir jalan aspal. Kondisinya 80 persen. Terawat
Menemukan candi baru.....entah dr mana... tapi banyak sekali candi di area ini
Deket jalan, sudah direnovasi cocok buat tugas mata pelajaran sejarah
Waktu masih duduk di Sekolah Dasar .... Pernah sih ke Candi ini ...jg ke Candi Pendem jg Candi Lumbung ...Sekitar taun .... 1990 an
Gak perlu bayar parkir dan pintu masuk untuk ke candi asu.Enak kan bro . . .
Tempatnya bersih akses jalan enak karena di pinggir jalan raya
Lokasi candi sangat mudah di jangkau👍 cocok buat wisata anak2 dan selfie
Sebagai benda prasejarah yg harus kita jaga dan lestarikan bersama.
Alternatif wisata peninggalan sejarah selain borobudur dan mendut
Candi yg belum banyak org tau...
Selain candi Asu masih adalagi candi Gantung dan Candi Pendem di sekitar situ dan tidak jauh tempatnya tapi ngak tau kabarnya sekarang bagaimana? Apakah dirawat atau tidak.. tempat main saya waktu kecil...